Actindo

Translate

07 September 2021

Asap Cair Penggumpal Karet Lateks

 

        

Asap Cair Penggumpal Karet Lateks

ASAP CAIR A10 MF


Teman Kami pernah berkunjung ke Kebun Krumput PTPN IX, disana adalah salah satu prusahaan produsen Karet alam RSS (Ribbed Smoke Sheet).

Masalah yang dihadapi adalah adalah timbulnya jamur pada sheet / lembaran karet yang diakibatkan oleh jumlah dan kamar asap yang tidak memenuhi produksi. Selama ini Kebun Krumput untuk mengatasi Jamur menggunakan Formalin sebagai desinfektan. namun akibat adanya larangan penggunaan formalin pada makanan, maka mendorong harga formalin naik (mahal) dan pernah melonjak di kisaran harga 25.000 per liter. akhirnya biaya produksi meningkat. setara dengan pengurangan keuntungan.

Masalah itu ditindak lanjuti oleh CV.ACTINDO, untuk melakukan riset terhadap penggunaan asap cair pengganti formalin.

kenapa memakai asap cair..?

asap cair diketahui memiliki sifat antioksidan dan anti mikroba, terutama diperoleh oleh senyawa fenol yang merupakan komponen aktiv dalam asap cair. selain itu asap cair harganya masih murah.  maka dipilihlah asap cair  sebagai alternatif pda penggumpalan karet Lateks.

Asap cair yang digunakan adalah dari Tempurung kelapa dengan konsentrasi grade 3. asap cair ini adalah hasil distilasi tingkat pertama. menggunakan produksi CV.ACTINDO KARAWANG

stelah dicoba dengan berbagai campuran diperoleh kombinasi asap cair dan asam formiat 50:50. hasil ini memiliki waktu penggumpalan yang relativ lebih cepat. seru yang dihasilkan lebih sedikit, hasil penggumpalan lebih kokoh dan menghasilkan warna sheet lembaran yang lebih ceraah setelah pengasapan.

dan yang jelas, penggunaan asap cair dapat mengurangi biaya produksi. dan keuntungan  bertambah.

(CV.ACTINDO, 2006)

Kajian Pemanfaatan Asap Cair Tempurung Kelapa sebagai Bahan Kougulan Lateks dalam Pengolahan Ribbed Smoked Sheet (RSS) dan Pengurang Bau Busuk Bahan Olahan Karet

 

                                                   Sedang mengemas Asap Cair

Ribbed Smoked Sheet (RSS) adalah salah satu jenis produk olahan karet alam yang berasal dari lateks/getah tanaman karet Hevea brasiliensis yang diolah secara teknik mekanis dan kimiawi dengan pengeringan menggunakan rumah asap serta mutunya memenuhi standard The Green Book dan konsisten. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh petani karet adalah rendahnya mutu sit yang dihasilkan karena bahan pembeku yang digunakan tidak dapat mencegah pertumbuhan bakteri yang merusak protein sehingga nilai plastisitas PRI (Plasticity Retention Index) menjadi rendah.

Bahan baku yang diperoleh dari kelompok tani mempunyai tingkat kontaminasi yang tinggi karena bahan dasar yang digunakan sebagai bahan pembekunya bermacam-macam. Pada kebun inti bahan pembeku yang biasa digunakan adalah asam format (asam semut), sedangkan bahan pembeku yang biasa digunakan oleh para petani adalah air perasan buah-buahan, tawas dan pupuk TSP. Kerusakan serta degradasi protein pada karet akibat bahan baku yang kurang baik juga dapat menyebabkan terbentuknya gas amoniak (NH3) dan hidrogen sulfida (H2S) yang menimbulkan bau busuk menyengat pada bahan olahan karet sejak dari kebun sampai di pabrik karet. Asap cair merupakan suatu hasil kondensasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran secara langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan yang banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa serta senyawa karbon lainnya. Kandungan kimia yang terdapat di dalam asap cair diantaranya adalah fenol, asam dan karbonil.

Komponen-komponen tersebut berpotensi sebagai alternatif bahan koagulan pengganti asam semut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan asap cair tempurung kelapa sebagai bahan koagulan lateks dalam pengolahan karet RSS serta pengurang bau tak sedap/busuk pada bahan olahan karet dalam pengolahan karet alam. Hasil yang diharapkan adalah untuk mengetahui pemanfaatan dan cara penggunaanya dalam proses pengolahan yang lebih efisien serta memenuhi standar karet sit yang sesuai dengan permintaan pasar.

F. Aplikasi Asap Cair pada Industri Pengolahan Karet Alam Untuk mengolah karet sit diperlukan asam semut sebagai bahan pembeku lateks dengan dosis 4 ml/kg karet kering atau 4 liter/ton karet kering. Penambahan asam ini bertujuan untuk menurunkan pH lateks hingga berada pada titik isolektriknya yang menyebabkan protein polar menjadi netral dan dapat saling berdekatan hingga akhirnya menyatu membentuk gumpalan-gumpalan dan membeku (Goutara, 1985). Lateks akan mulai membeku pada suasana pH sekitar 4.5-4.7.

Jika kisaran produksi sit di indonesia dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini mencapai 60,000-100,000 ton sit/tahun, maka diperlukan sekitar 250,000 sampai 500,000 liter asam semut setiap tahunnya. Bahan penggumpal yang umunya digunakan oleh perkebunan besar adalah asam semut atau asam cuka 2%. Bahan penggumpal lain seperti air buah-buahan, iles-iles, pupuk TSP dan sebagainya banyak digunakan oleh petani karet rakyat untuk menggumpalkan lateks, namun hasilnya tidak baik dan tidak dianjurkan (Solichin, 2007).

Selama ini penggunaan asam semut dinilai memberatkan oleh para petani karena harganya yang cukup tinggi, terlebih harus bersaing dengan 19 para perkebunan besar. Oleh sebab itu diperlukan suatu alternatif bahan koagulan yang memiliki kualitas bekuan yang sama dengan asam semut serta terjangkau oleh para petani karet. Penelitian yang telah dilakukan oleh Balai Penelitian Karet Sembawa, menunjukkan bahwa asap cair tidak hanya dapat diaplikasikan pada produk pangan tetapi juga dapat digunakan pada proses pengolahan karet sebagai bahan koagulan serta pengendali bau (malador). asap cair tempurung kelapa yang dipasarkan dengan nama dagang Deorub terbukti dapat digunakan sebagai bahan koagulan lateks pengganti asam semut pada produk karet remah serta RSS.

Asap cair dapat membekukan lateks dengan sempurna serta memiliki nilai plastisitas yang tinggi dan sifat fisik vulkanisat setara atau bahkan lebih baik dibandingkan dengan karet yang dihasilkan dengan pembeku asam semut (Solichin, 2007). Penggunaan asap cair cangkang kelapa sawit dinilai cukup berhasil dari segi mutu karet yang dihasilkan dan disamping itu dapat mengurangi waktu pengeringan produk.

Penyemprotan asap cair tempurung kelapa diatas bahan olahan karet dapat digunakan untuk menghilangkan atau menetralkan bau busuk terutama pada gudang penyimpanan lump serta mobil pengangkutan. Fenomena tersebut berkaitan dengan kandungan asap cair yang berupa asam organik volatil dan senyawa fenol yang berfungsi sebagai antimikrobial dan antioksidan.

Penggunaan asap cair tempurung kelapa sebagai bahan koagulan dalam pembuatan RSS memiliki fungsi ganda, selain sebagai pembeku lateks juga melindungi hasil sit dari jamur selama penyimpanan dan memberikan efek warna khas cokelat asap, hal ini terkait kandungan asam serta fenol yang terdapat di dalam asap cair tersebut (Solichin, 2007).

Sementara itu penelitian yang dilakukan Maspanger (2003), juga menunjukkan bahwa asap cair kayu karet dapat digunakan sebagai bahan koagulan lateks kebun untuk pembuatan karet sit, waktu pengeringan yang lebih singkat dengan tetap menghasilkan karet sit berkualitas setara dengan RSS konvensional.

Selain itu, produk samping pirolisis seperti tar mampu berfungsi sebagai processing aids dalam pembuatan barang jadi karet, yakni mempertahankan ketahanan kikis dan ketahanan lekuk lentur vulkanisat. 20 III.

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Desember 2009.

Tempat dilakukannya penelitian ini adalah di Pabrik Pengolahan RSS dan Laboratorium Analisis Mutu PT. Perkebunan Nusantara VIII Pabrik Karet Cikumpay serta Laboratorim Lingkungan dan Bangunan, Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

B. Alat dan Bahan

1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain asap cair tempurung kelapa yang diperoleh dari industri Asap Cair CV.ACTINDO yang mengolah arang dan asap cair tempurung kelapa, lateks kebun, kayu karet pengasapan, asam semut (HCOOH), natrium hidroksida (NaOH), asam klorida (HCL), amoniak (NH3), natrium bisulfit, indikator metil merah, fenolptalin, Cureo TS dan pelarut karet terpentin.

2. Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain wadah koagulasi, mesin penggilingan sitter, pengaduk, saringan mesh, universal pH, pH meter, lori penirisan, gantar bambu, rumah pengasapan serta beberapa peralatan analisis seperti timbangan analitik, cawan petri, labu elenmeyer, pipet, gelas ukur, gelas piala, lampu infra red, titrasi, oven, sudip, spatula, mikrometer, rapid plastimeter MK V, termometer dan lain sebagainya. 

Bersambung

28 August 2021

CV.ACTINDO


  CV.ACTINDO

Industri:  Asap Cair Sebagai Pengawet Alami Tahun 1996

PENGAWET ALAMI UNTUK PRODUK DAN BAHAN PANGAN

1.      KERUSAKAN MIKROBIOLOGI BAHAN PANGAN

Kerusakan mikrobiologi pada pangan dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: Tingkat pencemaran mikroba pada pangan, yaitu semakin tinggi tingkat pencemaran mikroba maka pangan akan semakin mudah rusak. Kecepatan pertumbuhan mikroba yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang telah dijelaskan di atas, yaitu aw, pH, kandungan gizi, senyawa antimikroba, suhu, oksigen, dan kelembaban. Proses pengolahan yang telah diterapkan pada pangan, misalnya pencucian, pemanasan, pendinginan, pengeringan, dan lain-lain.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, maka pangan secara umum dapat dibedakan atas tiga kelompok berdasarkan mudah tidaknya mengalami kerusakan, yaitu:

Pangan yang mudah rusak, terutama pangan yang berasal dari hewan seperti daging sapi, daging ayam, ikan, susu, dan telur.
• Pangan yang agak mudah rusak seperti sayuran dan buah-buahan, roti, dan kue-kue.
• Pangan yang awet, terutama pangan yang telah dikeringkan seperti bijibijian
dan kacang-kacangan kering, gula, dan lain-lain.

Pangan yang mengalami kerusakan akan mengalami perubahanperubahan seperti perubahan warna, bau, rasa, tekstur, kekentalan, dan lain-lain. Perubahan-perubahan tersebut mungkin disebabkan oleh benturan fisik, reaksi kimia, atau aktivitas organisme seperti tikus, parasit, serangga, mikroba, dan lain-lain. Berikut ini dijelaskan tanda-tanda kerusakan, terutama kerusakan

ASAP CAIR A-10 MULTI FUNGSI

ASAM SIANIDA

Asam sianida adalah suatu asam lemah yang berbentuk cairan pada suhu kamar, mempunyai bau khas dan apabila terbakar mengeluarkan nyala api berwarna biru. Senyawa sianida dapat bereaksi dengan ion logam membentuk senyawa kompleks misalnya dengan ion besi membentuk senyawa Fe(CN)4 2- atau Fe (CN)6 3-. Ion fero banyak terdapat dalam darah sebagai komponen hemogolobin. Apabila ion sianida terdapat dalam darah maka ion fero dalam darah akan bereaksi dengan ion sianida sehingga hemoglobin kehilangan kemampuannya untuk mengangkut oksigen. Pada konsentrasi rendah asam sianida tersebut dapat mengakibatkan pusing, mual dan muntah pada orang, sedangkan pada konsentrasi tinggi (> 50 mg) dapat mengakibatkan kematian.

TANIN

Senyawa tannin biasanya terdapat pada tanaman dan dapat bereaksi dengan kulit hewan mengakibatkan warna coklat oleh karena itu sering digunakan untuk menyamak kulit. Tanin membentuk warna kehitaman dengan beberapa ion logam misalnya ion besi, kalsium, tembaga dan magnesium.

Senyawa tannin terdiri dari katekin, luekoantioasin dan asam galat, asam kafeat dan khglorogenat serta ester dari asam-asam tersebut yaitu 3-galloilepikatekin, fenilkafeat dan sebagainya. Adanya tannin tersebut dapat menyebabkan warna daging biji picung menjadi coklat. Reaksi tersebut dikenal dengan reaksi “browning enzymatic”, yang terjadi jika dikatalis oleh enzim
polifenolase dengan substrat berupa senyawa fenolik. Efektivitas antimikroba dalam mengawetkan bahan makanan terjadi baik dengan cara mengendalikan pertumbuhan
mikroorganisme maupun secara langsung memusnahkan seluruh atau sebagian mikroorganisme.

ASAP CAIR A-10 MULTI FUNGSI

KOMPONEN ANTIMIKROBA LAIN

Komponen aktif yang terdapat pada bawang putih mempunyai efek penghambatan terhadap beberapa mikroba patogen seperti Staphylococcus aureus, E. coli, dan Bacilluscereus dan menghambat produksi toksin dari Clostridium botulinum tipe A dengan menurunkan produksi toksinnya sebanyak 3 log cycle.

C. Botulinum adalah bakteri berspora yang dapat memproduksi toksin pada kondisi yang memungkinkan, dapat dihambat pertumbuhannya oleh minyak bunga dan biji pala, minyak daun salam, minyak lada hitam dan lada putih dengan konsentrasi 125 ppm. Laporan lain juga menyebutkan bahwa ekstrak minyak lada dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.
ureus, E. coli dan Candida albicans.

Lanjut baca

ASAP CAIR A-10 MULTI FUNGSI

ASAP CAIR

Asap cair merupakan asam cuka yang diperoleh dari destilasi kering bahan baku pengasap seperti kayu dan tempurung kelapa, yang diikuti dengan kondensasi dalam kondensor berpendingin air.
Asap cair bersal dari bahan alami yaitu pembakaran hemiselulosa, selulosa, dan lignin dari kayu-kayu keras dan tempurung kelapa sehingga menghasilkan senyawa-senyawa yang mempunyai sifat antimikroba, antibakteri, dan antioksidan seperti senyawa asam dan turunannya, alkohol, fenol, aldehid, karbonil, keton dan piridin.


Prospek penggunaan asap cair sangat luas, mencakup industri makanan sebagai pengawet alami, industri kesehatan, pupuk tanaman, bioinsektisida, pestisida desinfektan, herbisida, dan lain sebagainya. Prospek penggunaan asap cair yang sangat luas ini memiliki berbagai keunggulan bila dibandingkan dengan penggunaan bahan kimia sintetik. Asap cair lebih mudah diaplikasikan karena konsentrasi asap cair dapat dikontrol agar memberi flavor dan warna yang sama dan seragam. Asap cair telah disetujui oleh banyak negara untuk digunakan pada bahan pangan dan sekarang ini banyak digunakan pada produk daging dan ikan. Bahan ini dapat diproduksi secara sederhana menggunakan bahan dan peralatan yang murah dan mudah diperoleh.


Bahan baku yang umum digunakan adalah bahan yang mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selama ini bahan kayu keras seperti kayu jati, mangium, tusam, sengon, tempurung

dan sabut kelapa banyak digunakan sebagai bahan pembuatan asap cair. Prospek yang sangat baik terdapat dalam tempurung kelapa. Hal ini karena disampIng bahan ini banyak mengandung komponen selulosa, hemiselulosa dan lignin, penggunaan limbah kelapa ini dapat memberikan nilai tambah. Asap cair dijual dengan harga berkisar antara Rp. 6.000 sampai Rp. 18.000 / liter, tergantung kualitasnya (pada tahun 1980an).
\

CV.ACTINDO

         CV.ACTINDO adalah sebuah perusahaan Industri Asap cair, Carbon aktif dan Tar, yang terletak di Dusun Lebo, Desa Madiredo, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Indonesia. Yah.. ide mendirikan perusahaan ini berdiri diawali saat kami berkunjung kedaerah pesisir yang merupakan sentra penghasil ikan segar, saat itu kami melihat pedagang ikan langsung menuaangkan formalin kedalam tumpukan ikan yang begitu banyak.
         Dari situlah awal mula munculnya ide untuk menciptakan pengawet alami yang bisa menggantikan posisi formalin dan boorax. Berhari hari kami berfikir, tapi apa? Bahan yang paling pas dan ekonomis harganya nantinya sampai kepada nelayan dan petani, banyak memang bahan untuk dijadikan pengawet alami contoh: Zat aktif yang terkandung dalam berbagai jenis ekstrak tumbuhan diketahui dapat menghambat beberapa mikroba patogen maupun perusak makanan. Zat aktif tersebut dapat berasal dari bagian tumbuhan seperti biji, buah, rimpang, batang, daun, dan umbi.
         Untuk itulah kami sangat berkeinginan  ikut membangun bangsa dan negara ini yang dimulai dari akar paling bawah dan utama, yaitu makanan yang sehat tanpa bahan yang berbahaya bagi kesehatan ummat manusia khususnya bangsa Indonesia. Karena menurut kami sehat itu diawali dari makanan yang kita konsumsi, akhirnya bisa berfikir positif, berfikir sehat kalu bangsa ini sudah sehat jasmani dan rohaninya sudah pastilah kita semua bisa berharap banyak menjadikan indonesia menjadi negara yang maju, maju bangsanya maju negaranya.
         Perjalanan usaha kami memang tidak semudah yang kami bayangkan, karena untuk menciptakan sesuatu yang baik dan bermanfaat, memang penuh dengan tantangan, baik dari dalam keluarga maupun dari luar serta berbagai kendala yang harus kami lawan, dalam rangka mewujudkan sebuah usaha tepat guna kesehatan lingkungan dan ummat manusia. Perjalanan kami dalam merancang bangun alat produksi sederhana hasil dari inovasi sendiri ini kami beri nama ACT destilat Pirolisis memerlukan waktu kurang lebih 1 tahun, kami tidak mengenal kata capek dan putus asa untuk uji coba, uji coba sampai menghasilkan asap cair yang maksimal dan bermutu tinggi.


ACT Destilat Pirolisis 1

          Setelah ACT Destilat Pirolisis selesai, kami masih ada tantangan lain yaitu uji coba manfaat serta funsi dan khasiat dari asap cair yang kami hasilkan. Uji coba kami lakukan untuk berbagai macam penyakit contohnya : Gatal-gatal, Biang keringat pada anak-anak, Luka dan lecet, bekas luka baru, jerawat, keputihan, kulit kasar pada sikut atau punggung, diabetes serta asam urat sungguh luar biasa hasilnya menakjubkan (berhasil dan sembuh).
          Untuk pertanian kami juga melakukan uji coba pada tanaman kubis, di Dusun Lebo Desa Madiredo, Kecamatan Pujon, tanam sendiri tanpa memakai Pupuk unorganik, tanpa memakai festisida kimia, tetapi kami hanya memakai Asap cair Grade 2 dan Grade 3, sebagai pupuk organik dan sebagai biofestisida alami, hasilnya juga luar biasa sukses lihat foto di bawah ini.

Kubis dengan umur tanam 2 minggu
Sayur Kubis di latar belakang saya
Sayur Kubis di umur tanam 3 minggu

MANFAAT ASAP CAIR A-10 MF

Produk Asap Cair A-10 MF:

Asap cair A-10 MF grade 1, isi 1 liter dan isi 5 liter
Asap cair A-10 MF super grade tetes untuk kesehatan