KOMPONEN ANTIMIKROBA LAIN
Komponen aktif yang terdapat
pada bawang putih mempunyai efek penghambatan terhadap beberapa mikroba patogen seperti Staphylococcus
aureus, E. coli, dan Bacilluscereus dan menghambat produksi toksin dari
Clostridium botulinum tipe A dengan menurunkan produksi toksinnya sebanyak 3
log cycle.
C. Botulinum adalah bakteri
berspora yang dapat memproduksi toksin pada kondisi yang memungkinkan, dapat
dihambat pertumbuhannya oleh minyak bunga dan biji pala, minyak daun salam,
minyak lada hitam dan lada putih dengan konsentrasi 125 ppm. Laporan lain juga
menyebutkan bahwa ekstrak minyak lada dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.
ureus, E. coli dan Candida
albicans.
Lanjut baca
Komponen aktif yang terdapat
pada minyak thyme diantaranya thymol, carvacrol, (ro)-cymene, dan
(gamma)terpiene diketahui mempunyai efek sebangai senyawa antimikroba terhadapa
pertumbuhan bakteri. Bakteri-bakteri yang dapat dihambat pertumbuhannya antara
lain Salmonella sp., S. aureus, E. coli, Listeria monocytogenes, Campylobacter
jejuni, dan B. Cereus.
Dari laporan tersebut
diperoleh informasi bahwa bakteri gram positif lebih sensitif dibanding dengan
bakteri gram negatif. Efek penghambatan senyawa antimikroba dari rempahrempah
tidak hanya dapat menghambat pertumbuhan bakteri, tetapi dapat juga menghambat
pertumbuhan khamir seperti .
Candida albican dan
Sacharomyces cerevisiae. Komponenkomponen aktif pada minyak thyme, minyak sage,
minyak rosemary, minyak cumin, minyak caraway, dan minyak cengkeh
dapat menghambat khamir
dengan konsentrasi 0,5-2.0 (mg/ml). Bakteri dalam bentuk sel vegetatif lebih
sensitif dibanding dalam bentuk sporanya, hal ini dibuktikan oleh Ultee et al.
(1998)
yang meneliti efek
penghambatan komponen carvacrol yang terdapat pada minyak thyme dan oregano
terhadap pertumbuhan bakteri B. cereus.
Pada konsentrasi 1,75 mmol/L
bentuk sel vegetatif lebih sensitif dibanding bentuk sporanya. Hal ini
disebabkan struktur spora yang lebih komplek dibanding bentuk sel vegetatif,
seperti adanya komponen asam dipikolinat yang dapat melindungi spora terhadap
gangguan faktor lingkungan (suhu dan pH ekstrim). Lebih lanjut Ultee et al.
(1998) menyebutkan bahwa pada konsentrasi 1.75 mmol/L dapat mneghambat
kecepatan pertum buhan B. cereus sehingga fase lag diperpanjang. Semakin lama
fase lag maka aktivitas B. cereus sebagai penyebab kerusakan bahan pangan dapat
dicegah.
Komponen-komponen antimikroba
yang terdapat pada minyak cengkeh, minyak kayu manis, minyak oregano, minyak
thyme, minyak bawang putih, dan bawang merah dapat menghambat spesies kapang
diantaranya adalah Aspergillus flavus, A. parasiticus, A. versicolor, A.
ochraceus, Candida sp., Crytococcus sp., Rhodotorulla sp., Torulopsis sp., dan
Tricosporon sp. Kapang adalah mikroorganisme penyebab kerusakan bahan pangan
terutama biji-bijian dan produk tepung-tepungan dengan kadar air rendah.
Beberapa spesies kapang dapat menghasilkan toksin (mikotoksin) adalah
Aspergillus sp., Penicllium sp., dan Fusarium sp., yang dapat menghasilkan
aflatoksin, patulin, okratoksin, zearalenon, dan okratoksin.
3.2. MEKANISME KERJA PENGAWET
ATAU ANTIMIKROBA
Mekanisme zat antimikroba
dalam membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroba antara lain (1) merusak
dinding sel bakteri sehingga
mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan dinding sel pada sel yang
sedang tumbuh, (2) mengubah permeabilitas membrane sitoplasma yang menyebabkan
kebocoran nutrient dari dalam sel, misalnya yang disebabkan oleh senyawa
fenolik, (3) menyebabkan denaturasi sel, misalnya oleh alkohol dan (4)
menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid, 1977).
Keefektifan penghambatan
merupakan salah satu kriteriapemilihan suatu senyawa antimikroba untuk
diaplikasikan sebagai bahan pengawet bahan pangan. Semakin kuat penghambatannya
semakin efektif digunakan. Kerusakan yag ditimbulkan komponen antimikroba dapat
bersifat mikrosidal (kerusakan tetap) atau mikrostatik (kerusakan sementara
yang dapat kembali). Suatu komponen akan bersifat mikrosidal atau mikrostatik
tergantung pada konsentrasi dan kultur yang
digunakan. Mekanisme
penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antimikroba dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain: (1) gangguan pada senyawa penyusun dinding sel,
(2) peningkatan permeabilitas membran sel yang dapat menyebabkan kehilangan
komponen penyusun sel, (3) menginaktivasi enzim, dan (4) destruksi atau kerusakan fungsi material genetik.
a.
Menggangu pembentukan dinding sel
Mekanisme ini disebabkan
karena adanya akumulasi komponen lipofilat yang terdapat pada dinding
atau membran sel sehingga menyebabkan perubahan komposisi penyusun dinding
sel. Terjadinya akumulasi
senyawa antimikroba dipengaruhi oleh bentuk tak terdisosiasi. Pada konsentrasi
rendah molekul-molekul phenol yang terdapat pada minyak thyme kebanyakan
berbentuk tak terdisosiasi, lebih hidrofobik, dapat mengikat daerah hidrofobik
membran protein dan dapat larut pada fase lipid dari membran bakteri.
Beberapa laporan juga
meyebutkan bahwa efek penghambatan senyawa antimikroba lebih efektif terhadap bakteri
Gram positif daripada dengan bakteri gram negatif. Hal ini disebabkan perbedaan
komponen penyusun dinding sel kedua kelompok bakteri tersebut. Pada bakteri
gram positif 90 % dinding selnya terdiri atas lapisan peptidoglikan, selebihnya
adalah asam teikoat, sedangkan bakteri gram negatif komponen dinding selnya
mengandung 5 - 20 % peptidoglikan selebihnya terdiri dari protein,
lipopolisakarida, dan lipoprotein.
b.
Bereaksi dengan membran sel Komponen
bioaktif dapat mengganggu dan mempengaruhi integritas membran sitoplasma, yang
dapat mengakibatkan kebocoran materi intraseluler, seperti senyawa phenol dapat
mengakibatkan lisis sel dan meyebabkan deaturasi protein, menghambat
pembentukan protein sitoplasma dan asam nukleat, dan menghambat ikatan ATP-ase pada
membran sel.
c.
Menginaktivasi enzim
Mekanisme yang terjadi menunjukkan bahwa kerja
enzim akan terganggu dalam mempertahankan kelangsungan aktivitas mikroba
sehingga mengakibatkan enzim memerlukan energi yang besar untuk mempertahankan
kelangsungan aktivitasnya. Akibatknya energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
menjadi berkurang sehingga aktivitas mikroba menjadi terhambat atau jika
kondisi ini berlangsung lama akan mengakibatkan pertumbuhan mikroba terhenti (inaktif).
Efek senyawa antimikroba
dapat menghambat kerja enzim jika mempunyai spesifitas yang sama antara ikatan
komplek yang menyusun struktur enzim dengan komponen senyawa antimikroba.
Corner (1995) melaporkan
bahwa pada konsentrasi 0,005 M alisin (senyawa aktif dari bawang putih) dapat
menghambat metabolisme enzim sulfhidril. Minyak oleoresin yang dihasilkan dari
kayu manis, cengkeh, thyme, dan oregano dapat menghambat produksi ethanol,
proses respirasi sel, dan sporulasi khamir dan kapang.
d.
Menginaktivasi fungsi material
genetik
Komponen bioaktif dapat
mengganggu pembentukan asam nukleat (RNA dan DNA), menyebabkan terganggunya
transfer informasi genetik yang selanjutnya akan menginaktivasi atau merusak
materi genetik sehingga terganggunya proses pembelahan sel untuk pembiakan.
> Alat-alat Produksi Asap Cair A-10 MF
> ASAM SIANIDA & TANI
> ASAP CAIR A-10 MULTI FUNGSI
> CV.ACTINDO,
> HAMA DAN PENYAKIT
> KOMPONEN ANTIMIKROBA LAIN,
> Manfaat Asap cair A-10 MF,
> Modul
> Peluang Bisnis Asap Cair A-10 MF
> Pengawet alami
> Petunjuk Pemakaian Asap Cair A-10 MF,
> Pupuk Organik
No comments:
Post a Comment