Asap Cair Sebagai
Penggumpal Karet Lateks
Teman Kami pernah berkunjung ke Kebun Krumput PTPN IX, disana
adalah salah satu prusahaan produsen Karet alam RSS (Ribbed Smoke Sheet).
Masalah yang dihadapi adalah adalah timbulnya jamur pada sheet /
lembaran karet yang diakibatkan oleh jumlah dan kamar asap yang tidak memenuhi
produksi. Selama ini Kebun Krumput untuk mengatasi Jamur menggunakan Formalin
sebagai desinfektan. namun akibat adanya larangan penggunaan formalin pada
makanan, maka mendorong harga formalin naik (mahal) dan pernah melonjak di
kisaran harga 25.000 per liter. akhirnya biaya produksi meningkat. setara
dengan pengurangan keuntungan.
Masalah itu ditindak lanjuti oleh CV.ACTINDO, untuk melakukan
riset terhadap penggunaan asap cair pengganti formalin.
kenapa memakai asap cair..?
asap cair diketahui memiliki sifat antioksidan dan anti mikroba,
terutama diperoleh oleh senyawa fenol yang merupakan komponen aktiv dalam asap
cair. selain itu asap cair harganya masih murah. maka dipilihlah asap
cair sebagai alternatif pda penggumpalan karet Lateks.
Asap cair yang digunakan adalah dari Tempurung kelapa dengan
konsentrasi grade 3. asap cair ini adalah hasil distilasi tingkat pertama.
menggunakan produksi CV.ACTINDO Karawang
stelah dicoba dengan berbagai campuran diperoleh kombinasi asap
cair dan asam formiat 50:50. hasil ini memiliki waktu penggumpalan yang relativ
lebih cepat. seru yang dihasilkan lebih sedikit, hasil penggumpalan lebih kokoh
dan menghasilkan warna sheet lembaran yang lebih ceraah setelah pengasapan.
dan yang jelas, penggunaan asap cair dapat mengurangi biaya
produksi. dan keuntungan bertambah.
(CV.ACTINDO, 2006)
Kajian
Pemanfaatan Asap Cair Tempurung Kelapa sebagai Bahan Koagulan Lateks dalam
Pengolahan Ribbed Smoked Sheet (RSS) dan Pengurang Bau Busuk Bahan Olahan Karet
Ribbed Smoked Sheet (RSS)
adalah salah satu jenis produk olahan karet alam yang berasal dari lateks/getah
tanaman karet Hevea brasiliensis yang diolah secara teknik mekanis dan kimiawi
dengan pengeringan menggunakan rumah asap serta mutunya memenuhi standard The
Green Book dan konsisten. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh petani
karet adalah rendahnya mutu sit yang dihasilkan karena bahan pembeku yang
digunakan tidak dapat mencegah pertumbuhan bakteri yang merusak protein
sehingga nilai plastisitas PRI (Plasticity Retention Index) menjadi rendah.
Bahan baku yang diperoleh
dari kelompok tani mempunyai tingkat kontaminasi yang tinggi karena bahan dasar
yang digunakan sebagai bahan pembekunya bermacam-macam. Pada kebun inti bahan
pembeku yang biasa digunakan adalah asam format (asam semut), sedangkan bahan
pembeku yang biasa digunakan oleh para petani adalah air perasan buah-buahan,
tawas dan pupuk TSP. Kerusakan serta degradasi protein pada karet akibat bahan
baku yang kurang baik juga dapat menyebabkan terbentuknya gas amoniak (NH3) dan
hidrogen sulfida (H2S) yang menimbulkan bau busuk menyengat pada bahan olahan
karet sejak dari kebun sampai di pabrik karet. Asap cair merupakan suatu hasil
kondensasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran secara langsung maupun
tidak langsung dari bahan-bahan yang banyak mengandung lignin, selulosa,
hemiselulosa serta senyawa karbon lainnya. Kandungan kimia yang terdapat di
dalam asap cair diantaranya adalah fenol, asam dan karbonil.
Komponen-komponen
tersebut berpotensi sebagai alternatif bahan koagulan pengganti asam semut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan asap cair tempurung kelapa
sebagai bahan koagulan lateks dalam pengolahan karet RSS serta pengurang bau
tak sedap/busuk pada bahan olahan karet dalam pengolahan karet alam. Hasil yang
diharapkan adalah untuk mengetahui pemanfaatan dan cara penggunaanya dalam
proses pengolahan yang lebih efisien serta memenuhi standar karet sit yang
sesuai dengan permintaan pasar.
F. Aplikasi Asap Cair pada Industri Pengolahan Karet Alam Untuk
mengolah karet sit diperlukan asam semut sebagai bahan pembeku lateks dengan
dosis 4 ml/kg karet kering atau 4 liter/ton karet kering. Penambahan asam ini
bertujuan untuk menurunkan pH lateks hingga berada pada titik isolektriknya
yang menyebabkan protein polar menjadi netral dan dapat saling berdekatan
hingga akhirnya menyatu membentuk gumpalan-gumpalan dan membeku (Goutara,
1985). Lateks akan mulai membeku pada suasana pH sekitar 4.5-4.7.
Jika kisaran produksi sit di indonesia dalam kurun waktu beberapa
tahun terakhir ini mencapai 60,000-100,000 ton sit/tahun, maka diperlukan
sekitar 250,000 sampai 500,000 liter asam semut setiap tahunnya. Bahan
penggumpal yang umunya digunakan oleh perkebunan besar adalah asam semut atau asam
cuka 2%. Bahan penggumpal lain seperti air buah-buahan, iles-iles, pupuk TSP
dan sebagainya banyak digunakan oleh petani karet rakyat untuk menggumpalkan
lateks, namun hasilnya tidak baik dan tidak dianjurkan (Solichin, 2007).
Selama ini penggunaan asam semut dinilai memberatkan oleh para
petani karena harganya yang cukup tinggi, terlebih harus bersaing dengan 19
para perkebunan besar. Oleh sebab itu diperlukan suatu alternatif bahan
koagulan yang memiliki kualitas bekuan yang sama dengan asam semut serta
terjangkau oleh para petani karet. Penelitian yang telah dilakukan oleh Balai
Penelitian Karet Sembawa, menunjukkan bahwa asap cair tidak hanya dapat
diaplikasikan pada produk pangan tetapi juga dapat digunakan pada proses
pengolahan karet sebagai bahan koagulan serta pengendali bau (malador). asap
cair tempurung kelapa yang dipasarkan dengan nama dagang Deorub terbukti dapat
digunakan sebagai bahan koagulan lateks pengganti asam semut pada produk karet
remah serta RSS.
Asap cair dapat membekukan lateks dengan sempurna serta memiliki
nilai plastisitas yang tinggi dan sifat fisik vulkanisat setara atau bahkan
lebih baik dibandingkan dengan karet yang dihasilkan dengan pembeku asam semut
(Solichin, 2007). Penggunaan asap cair cangkang kelapa sawit dinilai cukup
berhasil dari segi mutu karet yang dihasilkan dan disamping itu dapat
mengurangi waktu pengeringan produk.
Penyemprotan asap cair tempurung kelapa diatas bahan olahan karet
dapat digunakan untuk menghilangkan atau menetralkan bau busuk terutama pada
gudang penyimpanan lump serta mobil pengangkutan. Fenomena tersebut berkaitan
dengan kandungan asap cair yang berupa asam organik volatil dan senyawa fenol
yang berfungsi sebagai antimikrobial dan antioksidan.
Penggunaan asap cair tempurung kelapa sebagai bahan koagulan dalam
pembuatan RSS memiliki fungsi ganda, selain sebagai pembeku lateks juga
melindungi hasil sit dari jamur selama penyimpanan dan memberikan efek warna
khas cokelat asap, hal ini terkait kandungan asam serta fenol yang terdapat di
dalam asap cair tersebut (Solichin, 2007).
Sementara itu penelitian yang dilakukan Maspanger (2003), juga
menunjukkan bahwa asap cair kayu karet dapat digunakan sebagai bahan koagulan
lateks kebun untuk pembuatan karet sit, waktu pengeringan yang lebih singkat
dengan tetap menghasilkan karet sit berkualitas setara dengan RSS konvensional.
Selain itu, produk samping pirolisis seperti tar mampu berfungsi
sebagai processing aids dalam pembuatan barang jadi karet, yakni mempertahankan
ketahanan kikis dan ketahanan lekuk lentur vulkanisat. 20 III.
Bersambung
No comments:
Post a Comment