3.
HAMA DAN PENYAKIT
3.1. Hama
1) Ulat jeungkal (Boarmia bhurmitra, Antitrygoides
divisaria, Hyposidra talaca) dikendalikan dengan insektisida Thiodan 35 EC +
Act A-10 Mf grade 3;
2) Ulat sinanangkeup (Paralebeda plagifera)
dikendalikan dengan Dedevap 650 EC + Act A-10 Mf grade 3;
(3) Ulat bugrug (Metanastria hirtaca) dikendalikan
dengan Lebaycid 550 EC + Act A-10 Mf grade 3;
4) Ulat badori (Attacus atlas), dikendalikan dengan
Baythroid 50 EC + Act A-10 Mf grade 3;
5) Ulatkaliki (Samia cyntia) dikendalikan dengan
Bayrusil 250 EC + Act A-10 Mf grade 3;
6) Ulat kenari (Cricula trifenestrata) dikendalikan
dengan Karphos 25 EC + Act A-10 Mf grade 3;
7)
Ulat bajra (Setora nitens) dikendalikan dengan Lannate L + Act A-10 Mf grd 3;
8) Ulat kantong (Clania variegata) dikendalikan dengan
Decis 2,5 EC, Thuricide, Ripcord 5 EC + Act A-10 Mf grade 3;
9) Ulat merang (Euproctis flexuosa) dikendalikan
dengan Lannate 25 WP + Act A-10 Mf grade 3;
Pengendalian mekanis:
Dilakukan
dengan mengumpulkan telur, kupu serta telur-telurnya, kemudian dimusnahkan
dengan cara dikubur atau dibakar.
2)
Penggerak cabang merah (Zeuzera coffeae)
Gejala:
Menyerang
cabang dan ranting hingga layu dan mudah patah. Pada ranting patah ada lubang
gerekan.
Memangkas
cabang atau ranting yang terserang.
3)
Penggerek pangkal batang (Phasus damor)
Gejala:
Kerusakan
pada leher akar, daun kuning atau kemerahan, layu, kering,
rontok
dan tanaman mati.
Pengendalian:
Menanam
bibit yang sehat dan insektisida.
4)
Penggerek cabang (Xyleberus. Sp)
Gejala:
Pada
ranting, cabang atau batang terlihat adanya tahi gergaji yang halus. Hama ini
berasosiasi dengan jamur ambrosia.
Pengendalian:
Menyemprot
larutan fungisida sistemik dan insektisida Gusadrin 150 ESC, Benlate 50 W).
5)
Penggerek pucuk (Alcalides cinchonae)
Gejala:
Bekas
serangan menyebabkan pucuk berwarna coklat dan mati.
Pengendalian:
penyemprotan
dengan insektisida Gusadrin 150 ESC, Benlate 50 WP.
6)
Kutu putih (Pseudaulacaspis pentagona)
Gejala:
Menyerang
ranting dan mengisap cairan selnya, ranting menjadi berwarna putih dan dihuni
oleh hewan kecil lonjong. Hama ini tidak menimbulkan kerugian dan serangan akan
hilang dengan datangnya musim hujan.
7)
Helopeltis (Helopeltis theivora, H. antonii)
Gejala:
Daun
dan pucuk yang terserang menjadi salah bentuk. Pada serangan berat tanaman mati
dan dari jauh bagian daun kebun kina kelihatan warna kehitam-hitaman.
Pengendalian:
Dengan
penyemprotan insektisida Lannate L, Lannate 25 WP, Lebaycid 550 WP.
3.2.
Penyakit
1)
Kanker batang
Penyebab:
Jamur
Phytophthora Sp. Terdapat tiga spesies jamur kanker batang yaitu:
1)
P. cinnamomi penyebab kanker garis, serangannya di Indonesia sangat luas.
2)
P. parasitica penyebab kanker gelang, serangannya relatif sedikit.
3) P. citricola hanya menyerang tunas-tunas kina muda,
serangannya juga terbatas. Kanker garis membentuk jalur sempit yang mengendap
pada kulit batang.
Gejala:
Berbeda-beda
tergantung umur dan klon. Kanker gelang membentuk warna karat pada permukaan
kulit batang. Jika kulit luar dikupas tanpak bahwa kulit bagian dalam membusuk.
Pembusukan ini berkembang melingkari batang yang dapat menyebabkan tanaman
mati.
Pengendalian:
Kulit
yang sakit dikorek, jaringan busuk dipotong sampai ke bagian sehat dan dilumasi
Antimucin WBR 0,5% dan Difolatan 4F 3%. Setelah obat mengering luka ditutupi
dengan petrolatum 2295 A, Shell Tapflux atau Shell Otina Compound. Permukaan kayu
yang terbuka ditutup ter untuk mencegah masuknya kumbang penggerek.
2)
Penyakit jamur upas (Upasia salmonicolor)
Gejala:
Sebelum
mengering daun-daun dari cabang yang sakit berwarna kuning kemerahan. Pada
batang atau cabang terdapat benang-benang jamur yang belum masuk ke dalam
kulit, dan mirip dengan sarang laba-laba.
Pengendalian:
Menyemprotkan
bubur Bordeaux. Dapat juga dilakukan pelumasan dengan bubur bordeaux pekat,
Perenox 3%, Calixin Ready mix atau Calixin RM (tridemorf) dengan menggunakan
kuas. Atau atasi dengan Asap Cair A-10 MF
4)
Penyakit mopog (Rhizoctonia solani)
Gejala:
Di
bedengan-bedengan pesemaian terdapat kelompok-kelompok semai yang mati seperti
tersiram air panas.
Pengendalian:
Dengan
mengurangi kelembaban persemaian, menyemprotkan fungisida pada tanah bedengan
berupa Brassicol sebanyak 30 g/m 2 dan mengurangi penyiraman. Persemaian dapat
disemprot dengan Dithane M- 45 atau Brestan 0,05%.
3.3.
Gulma
Gulma
di areal tanam terdiri atas golongan rumput-rumputan seperti lempuyangan
(Panicum repens) dan paparean (Phalaris arundinaceae); golongan berdaun lebar
seperti sintrong (Crassocephalum crepidioides) dan
babadotan
(Ageratum conyzoides).
Pengendalian:
Dengan
memperbaiki kultur teknis, menyiangi/mencabut, menggunakan tanaman penutup
tanah lebum dan dengan herbisida pra tumbuh dan purna tumbuh.
3.4.
Pengendalian hama/penyakit secara organic
Dalam
pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan
dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu
sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut
yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah
sbb:
1)
Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat
2)
Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami
3) Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan
terhadap serangan hama dan penyakit.
4)
Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
5) Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik
misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang,
sertarotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus
penyebaran hama dan penyakit potensial.
6) Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami
yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan
tanaman yang dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini
hanya
dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yang diperoleh dari
hasil pengamatan.
Beberapa
tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam
pengendalian hama antara lain adalah:
1) Tembakau (Nicotiana tabacum) yang mengandung
nikotin untuk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi
untuk serangga kecil misalnya Aphids.
2) Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang
mengandung piretrin yang dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yang
menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada
serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.
3) Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang
mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk
hembusan dan semprotan.
4) Neem tree atau mimba (Azadirachta
indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi
racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng dan serangga
pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis ). Bahan ini
juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan Tungro.
5) Bengkuang (Pachyrrhizus erosus)
yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sebagai
insektisida dan larvasida.
6) Jeringau (Acoruscalamus) yang rimpangnya
mengandung komponen utama asaron dan biasanya digunakan untuk racun serangga
dan pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.
7) Asap Cair A-10 Mf dapat mengatasi
semuanya dan muddah.
4. PANEN
4.1.
Ciri dan Umur Panen
Hasil
tanaman yang biasa diambil hasilnya adalah buah atau batang yang sudah matang,
dahan, cabang dan ranting.
4.2.
Cara Panen
1)
Cara penebangan/ petik
Tanaman kina ditebang / dipetil dengan hati-hati, yang
baik pada awal musim penghujan, hindari terik matahari.
2)
Cara penjarangan
Dilakukan
dengan cabutan untuk memanen secara bertahap dalam persentase yang telah
direncanakan. Pemilihantanaman yang akan dibongkar tergantung persentase
panenan setiap periode. Apabila tanaman akan dibongkar adalah 10%, maka dari 10
tanaman diambil 1 tanaman secara rata-rata.
Daftar Bacaan Anda :
> Alat-alat Produksi Asap Cair A-10 MF
> ASAM SIANIDA & TANI
> ASAP CAIR A-10 MULTI FUNGSI
> CV.ACTINDO,
> HAMA DAN PENYAKIT
> KOMPONEN ANTIMIKROBA LAIN,
> Manfaat Asap cair A-10 MF,
> Modul
> Peluang Bisnis Asap Cair A-10 MF
> Pengawet alami
> Petunjuk Pemakaian Asap Cair A-10 MF,
> Pupuk Organik
> Alat-alat Produksi Asap Cair A-10 MF
> ASAM SIANIDA & TANI
> ASAP CAIR A-10 MULTI FUNGSI
> CV.ACTINDO,
> HAMA DAN PENYAKIT
> KOMPONEN ANTIMIKROBA LAIN,
> Manfaat Asap cair A-10 MF,
> Modul
> Peluang Bisnis Asap Cair A-10 MF
> Pengawet alami
> Petunjuk Pemakaian Asap Cair A-10 MF,
> Pupuk Organik
No comments:
Post a Comment